JURUS DASAR, PRODUK BRILIAN PARA PENDEKAR.
Pada umumnya perguruan atau aliran pencak silat di Pulau Jawa bagian barat yang meliputi Jawa Barat, Banten, dan Jakarta, pelajaran pertama yang diajarkan kepada murid baru adalah Jurus Dasar. Bagi seorang pemula, pelajaran jurus dasar bukan hal yang mudah untuk dikuasai. Bentuk, lintasan, kecepatan, tenaga, nafas, konsentrasi dan penghayatan ketika melakukan jurus dasar sebetulnya sangat rumit, memadukan unsur-unsur tersebut dalam satu gerakan memerlukan waktu dan pengulangan yang terus-menerus untuk menguasainya.
Seorang guru yang teliti akan “cerewet” ketika melihat sedikit saja kesalahan yang dilakukan oleh muridnya ketika melakukan jurus dasar. Bagi sebagian murid, latihan yang berulang-ulang dan koreksi terus menerus seolah tidak ada kata sempurna menimbulkan rasa tersiksa dan jenuh.
Memang, penyakit dalam mepelajari jurus dasar adalah timbulnya rasa bosan dan cepat merasa puas, padahal sebenarnya hasil yang dicapai masih jauh dari sempurna. Murid yang sudah melewati pelajaran jurus dasar dan telah mempelajari materi lanjutan banyak yang malas untuk mengulang jurus dasar dalam sesi latihannya, mereka lebih bersemangat untuk berlatih berbagai aplikasi beladiri atau rangkaian-rangkaian gerak yang lebih panjang dan atraktif. Berlatih jurus dasar bagi seorang siswa senior atau pelatih seolah menjadi turun tingkat, seperti anak SMP yang disuruh membaca huruf alfabet, atau seorang seorang penyanyi senior disuruh berlatih tangga nada, do re mi fa.
Salah seorang guru saya pernah berkata, “pelajari jurus dasar dengan sungguh-sungguh sampai genah, merenah, tumaninah”, artinya gerakannya harus benar, mantap, dan penuh penghayatan. Jurus dasar adalah identitas perguruan atau aliran pencak silat. Jangan mencoba untuk mengubah gerak, bahkan mengubah nama suatu jurus dengan nama yang lain, karena dari nama jurus pun sebenarnya sudah dapat diketahui dari mana pencak silat itu berasal. Jika mendengar nama jurus Kelid, Selup, Timpah, maka akan merujuk pada aliran Cimande, ketika mendengar nama jurus Kocet, Tomplok, Serut,maka akan merujuk pada aliran Maenpo Cikalong, demikan juga ketika mendengar nama jurus Jeblag, Teundeut, Liwat, maka akan merujuk pada aliran Sabandar.
Jurus dasar adalah kreasi brilian dari para pendiri aliran atau perguruan, di dalamnya terkandung rumus kompleks dalam pengaturan gerak, tenaga, nafas, dan lain-lain yang kemudian bisa diimplementasikan dalam aplikasi yang jumlahnya tidak terhingga.
Dalam berbagai tuturan diceritakan bagaimana Eyang Kahir menciptakan jurus-jurus Buang Kelid Cimande melalui perenungan yang dalam, demikian juga Raden Haji Ibrahim Jayaperbata sampai harus merenung di dalam goa selama beberapa tahun untuk menciptakan aliran Cikalong yang tersimpul di dalam jurus-jurus dasarnya. Atau Abah Aleh menetapkan sembilan jurus dasar Panglipur setelah meramu dari beberapa aliran pencak silat yang telah dipelajarinya.
Jurus dasar bukan hanya sekedar metoda awal dari sebuah sistem pengajaran, melainkan di dalamnya terkandung nilai-nilai yang sangat berharga jika terus digali, namun tentu saja harus selalu dibimbing oleh guru yang mumpuni.
Kesimpulannya, marilah kita kembali mengolah jurus dasar, jadikan sebagai menu utama yang harus tersaji dalam setiap latihan rutin. Bagaimana, siap?
Abah Gending – 02022019
#MencobaBelajarMenulisLagi
Post a Comment