Pilih Murid yang Cerdas atau Murid yang Beradab?
Bagi yang berprofesi sebagai guru atau berpengalaman mengajar beladiri tentu akan bertemu dengan murid-murid yang berbeda karakter dan berbeda kemampuan dalam menyerap ilmu yang diajarkan. Ada murid yang cerdas, hanya dengan satu atau dua kali memberikan contoh, mereka mampu menirukan dan menguasai materi dengan cepat dan sempurna. Namun ada juga murid yang baru bisa menguasai materi setelah melalui beberapa kali contoh dan perbaikan dari gurunya, itu pun hasilnya masih jauh dari sempurna.
Di sisi lain, karakter atau akhlak murid pun berbeda-beda. Ada yang selalu berkata sopan dan berperilaku santun dan takzim kepada guru. Apa yang diajarkan oleh guru akan diterima dengan senang hati dan dipelajari dengan sungguh-sungguh. Selalu hadir dalam latihan yang dijadwalkan, mohon izin apabila berhalangan hadir, dan selalu mengerti apa kebutuhan gurunya sebelum disuruh atau diminta.
Di lain pihak ada murid yang malas-malasan. Kadang hadir pada jadwal latihan tapi sering bolosnya, jika berhalangan tidak pernah memberi kabar, atau jika memberikan kabar pun dengan alasan klise dan dibuat-buat. Ketika pembahasan ilmu banyak bertanya tapi tidak untuk dipraktikkan. Hanya sekedar tahu dan ingin membandingkan dengan yang lain. Selalu mendesak guru untuk menjawab sampai dia terpuaskan, padahal belum saatnya jawaban itu diberikan. Jika tidak puas, maka akan segera mencari guru lain yang dirasakan bisa memenuhi apa yang dia inginkan. Sungguh tidak ada hormatnya sama sekali terhadap guru.
Sebagai seorang guru, pasti menginginkan memiliki murid yang cerdas sekaligus berperilaku mulia. Seorang guru akan dengan suka hati dan sepenuh hati menurunkan seluruh ilmunya kepada murid seperti ini. Sebaliknya, tentu tidak akan suka terhadap murid yang sulit menerima pelajaran sekaligus berperilaku buruk.
Jika dihadapkan pada dua pilihan antara murid yang cerdas tapi berperilaku buruk dengan murid yang kurang cerdas namun berperilaku baik, mana yang akan lebih dipilih? Tentu ini tergantung pada kepribadian guru masing-masing.
Bagi saya pribadi, saya lebih memilih murid yang budi pekertinya baik walaupun kurang cerdas, daripada murid yang cerdas namun kurang tahu sopan santun. Murid yang akhlaknya bagus akan membuat hati guru menjadi tenang dan senang. Maka guru akan memberikan ilmunya dengan ikhlas. Dengan keikhlasan seorang guru, maka ilmu yang diberikannya akan barokah, walaupun untuk menguasainya memerlukan waktu yang relatif lebih lama, ilmu akan tersampaikan dengan baik.
Sebaliknya, jika guru sudah merasa kurang suka pada perilaku muridnya, ilmu yang diberikannya pun tidak akan barokah, secerdas apapun murid itu.
Sebaliknya, jika guru sudah merasa kurang suka pada perilaku muridnya, ilmu yang diberikannya pun tidak akan barokah, secerdas apapun murid itu.
Mudah-mudahan bagi murid-murid yang sekarang sedang menuntut ilmu kepada guru manapun agar senantiasa dapat menjaga adab. Karena secerdas apapun, jika gurumu tidak menyukaimu, ilmumu tidak akan barokah.
Abah Gending – 31012019
Post a Comment